Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura

Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Daerah, Artikel Jawa Tengah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Kudus, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura
link : Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura

Baca juga


Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura

SEPUTARKUDUS.COM, KARANGBENER - Di sisi timur jalan arah Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, tepatnya di bawah gapura warna hitam, tampak seorang nenek sedang membujurkan kedua kakinya di dekat perabot rumah tangga. Wanita tersebut bernama Legirah (73), warga Dukuh Ngelo Lor, Desa Karangbener RT 05 RW 08, yang menjual perabot tersebut. Hasil penjualan rencananya akan digunakan untuk biaya acara 100 hari meninggalnya suami.

Legirah berjualan perabot rumah tangga di bawah gapura Desa Karangbener. Foto: Sutopo Ahmad


Menurutnya, sejumlah perabotan rumah tangga itu sebelumnya dijual suaminya, namun belum lama ini suaminya meninggal. Suaminya berjualan lebih dari 20 tahun dengan mengendarai sepeda berkeliling ke sejumlah tempat di Kudus. Suaminya mendapatkan barang itu membeli di Pasar Kliwon. Setelah suaminya meninggal, stok barang dagangannya ada yang belum terjual, dan Legirah kini menjualnya. 

"Melihat barang dagangan di rumah masih banyak, saya harus menjualnya. Mau bagaimana lagi, barang masih banyak ya terpaksa saya jual sendiri. Hasilnya nanti akan saya gunakan untuk menyelenggarakan acara 100 hari meninggalnya suami," ujar Legirah.” tuturnya kepada Seputarkudus.com belum lama ini.

Legirah, wanita yang memiliki empat orang anak itu mengaku, hampir setiap hari dirinya mengangkat barang dagangannya sendiri, mulai Pukul 8.30 WIB hingga 12.00 WIB. Setelah itu, dia bergegas pulang untuk salat, makan dan istirahat. Setiap hari barang yang terjual tak menentu. Kadang bisa mendapat uang sekitar Rp 120 ribu, Rp 50 ribu, Rp 15 ribu, bahkan kadang tak bisa menjual barang satupun.

Dia menambahkan, setelah semua barang dagangannya laku terjual, dia mengatakan akan berhenti berjualan. Meskipun sudah renta, dia tidak pernah malu untuk berjualan. Yang terpenting baginya, apa yang dia jual halal. “Tua-tua jualan, saya tidak pernah malu dan yang terpenting saya berjualan halal,” imbuhnya.
 
Perempuan yang buyut tersebut mengatakan, setiap kali keluar rumah untuk berjualan, dirinya tak lupa menyempatkan diri untuk membaca syahadat, selawat serta surah Al-Fatihah yang diajarkan oleh gurunya waktu mengikuti pengajian. Menurutnya, bacaan tersebut dia baca agar diberi kesehatan, keselamatan serta kelancaran dalam menjual.

“Setiap akan berjualan saya tak pernah lupa membaca sahadat tiga kali, selawat tiga kali dan Fatihah satu kali,” ungkapnya sembari menunggu pembeli yang datang.



Demikianlah Artikel Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura

Sekianlah artikel Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/09/demi-menyelenggarakan-100-hari.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Demi Menyelenggarakan 100 Hari Meninggalnya Suami, Legirah Rela Berjualan di Bawah Gapura"

Posting Komentar