Judul : Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1)
link : Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1)
Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1)
Oleh: Dipl. Oek. Engelina Pattiasina |
Jaringan kerja dunia (global-network) mula-mula dirintis East India Company (EIC) asal Inggris tahun 1600 dan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) (1602-1798), serikat dagang Hindia Timur asal Belanda dengan komoditi utama rempah-rempah asal Maluku. Tahun 1602, VOC menjadi perusahaan multinasional pertama dan perusahaan penerbit saham pertama di dunia. VOC dapat melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain, menerbitkan mata uang, menyatakan perang, dan membentuk koloni. (Glenn J. Ames, 2008: 102-103)
Abad 16-18 Masehi, VOC dan EIC membangun depot-depot, kamardagang (trading house) dan produksi komoditi utama khususnya rempah-rempah, tekstil, teh, porselin, dan logam mulia di sepanjang Kota Afrika Asia seperti Surat, Kalkuta, Madras, Bombai di India (Furber, 1976:191-201; Philip Lawson, 2014: 68-69); Canton, Macao, Shanghai di Tiongkok; Hong Kong, Batavia di Hindia Timur.
Tahun 1610-1619, VOC membangun markas besarnya di Ambon. Sekilas kota ini sangat strategisdi dekat pusat produksi rempah dunia, Maluku.Namun,letaknya jauh darirute perdagangan Afrika-India-Tiongkok-Jepang (Om Prakash, 1985:20; William De Lange, 2006:21). Maka VOC memilih Batavia yang berada di bawah kendali kekuatan lokal dan jauh dari pengaruh Tiongkok dan armada Inggris atau Portugal (M.C. Ricklefs, 1991: 25-28).
Kini awal abad 21, kondisi Maluku dan Kota Ambon pada usia 441 tahun tanggal 7 September 2016, seperti memperkuat tesis resource curse selama ini. Bahwa zona-zona kaya sumber alam, seperti emas, minyak, gas, dan sumber alam lainnya, sering terperangkap dalam paradoks : kaya sumber alam namun rakyatnya miskin dan terjebak konflik (Auty, 1993; Sachs and Warner, 1997; Humphreys, Sachs and Stiglitz, 2007:1) Tulisan singkat ini hendak melihat peluang dan tantangan Kota Ambon dan Maluku keluar dari paradoks ini dan menjadi “kota model” penyedia jasa, infrastruktur, dan jaringan kerja skala dunia.
Nagasaki-Ambon
Kota Nagasaki di Jepang, tidak kaya sumber alamdan hanya desa nelayan hingga tahun 1543 ketika kapal navigator Portugal, Fernao Mendes Pinto, merapat ke dekat Tanegashima, Nagasaki. Tahun 1569-1571, Daimyo Omura Sumitada mengizinkan armada dagang Portugal membangun pelabuhan kapal-kapal Portugal di Nagasaki (C.R. Boxer, 1993:100-101). Ketika itu, tahun 1575, Portugal juga membangun benteng di Ambon (M.C. Ricklefs, 1991:25).
Nagasaksi menyediakan perdagangan komoditi tembakau, roti, tekstil asal Tiongkok, sutera asal Jepang, dan kastela asal Portugal. Selama Restorasi Meiji (1868-1912) di Jepang, Nagasaki dijadikan pusat produksi kapal Mitsubishi (kontraktor Angkatan Laut Jepang), Mitsubishi Steel and Arms Works, Akunoura Engine Works, Mitsubishi Arms Plant, Mitsubishi Electric Shipyards, Mitsubishi Steel and Arms Works, dan Mitsubishi-Urakami Ordnance Works.Akibatnya, Nagasaki menjadi sasaran bom Sekutu pada Perang Dunia II. (US GPO, 1946.
Meskipun sama-sama kotapelabuhan dibangun oleh Portugal, selama ini hingga awal abad 21, Ambon belum berkembang seperti Nagasaki. Alasannya, sejak akhir abad 20, kota-kota diakui sebagai zona-zona penting bagi jaringankerja ekonomi-politik dan lingkungan global. Perusahan-perusahan raksasa bukan lagi faktor utama mata-rantai produksi, konsumsi, dan bisnis komoditi global seperti abad 14-19 Masehi. Kini kemampuan kota menyediakan jasa dan komoditi pasar dunia menjadi faktor utama dayasaing, pengaruh dan keunggulan kota. (Zachary P. Neal, 2012; Augusto Cusinato, et al, 2015; Phil Hubbard, 2006:174).
Penyediaan jasa-jasa, fasilitas, infrastruktur dan SDM jaringan-kerja global membuat Nagasaki menjadi kota global awal abad 21. Kota Ambon bisa mengambil inspirasi dari sana. Keberadaan Blok Masela yang ditetapkan pembangunan kilangnya di darat akan memberikan kesempatan besar. Universitas Pattimura dan sejumlah perguruan tinggi di Maluku bisa mengambil peran untuk menyediakan SDM bidang gas, minyak dan kelautan. Bahkan, Universitas Pattimura cukup aktif untuk mengantisipasi kebutuhan SDM.
Kota Ambon juga memiliki peluang dan potensi untuk menjadi mata rantai komersial, bukan hanya untuk Maluku, tetapi juga bisa mengambil peran penting di kawasan timur, termasuk mengantisipasi pengembangan kawasan pasifik, jika melihat posisi strategis Ambon (Maluku) dengan wilayah laut.
Para ahli seperti Wang dan Olivier misalnya, memperkirakan pada awal abad 21, sekitar 90 persen komoditi dunia dikirim melalui pelabuhan seperti minyak, gas, bijih besi, batu-bara, buah, sayur, beras, gandum, teh, cengkeh, dan lain-lain. Peluang Ambon sangat besar, jika mengingat keberadaananeka sumber daya alam, terutama sejumlah Blok Migas di Bumi Maluku.
Untuk itu, Ambon perlu mempertimbangkan berbagai peluang untuk memiliki satu gagasan besar (visi) mengenai impian akan Ambon pada mendatang. Tindakan pada hari ini akan menjadi penentu masa depan Ambon dan sekaligus menyelamatkan generasi mendatang. (*)
*Penulis adalah Alumni Universitas Bremen Jerman
Demikianlah Artikel Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1)
Sekianlah artikel Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1) dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/09/kota-ambon-peluang-dan-tantangan-abad.html
0 Response to "Kota Ambon: Peluang dan Tantangan Abad 21 (1)"
Posting Komentar