Judul : OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade
link : OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade
OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade
HEZRON ALHIM DOS SANTOS (SKET PENCIL). |
Namun belum puas dengan perasaan bangga siswi ini mendapat hukuman berupa pemberian angka 0 (nol) di rapor untuk mata pelajaran matematika. Hal ini terjadi dikarenakan siswi yang bersangkutan tidak mengikuti pelajaran matematika selama sekitar 3 minggu dengana lasan sakit dan juga fokus bimbingan untuk mengikuti olimpiade sains khususnya mata pelajaran biologi.
Kejadian seperti ini tentu merupakan suatu kabar buruk bagi dunia pendidikan Indonesia. Secara sederhana dapat dibahasakan kejadian unik yang melibatkan siswi berprestasi dengan guru-nya sendiri. Pemandangan yang sangat miris, lucu, sekaligus unik saling bercampur aduk bekerjasama merangkai cerita yang tidak mengenakkan.
Pendidik perlu mengikuti zaman yang terus berubah dan berkembang, hal inilah yang sering menyebabkan permasalahan dalam dunia pendidikan di Negara kita. Dalam hal ini saya tidak bermaksud mengatakan bahwa pendidik tidak professional dalam melaksanakan tanggungjawabnya namun pendidik sebaiknya tidak melupakan esensinya yaitu mendidik.
Mari kita sedikit melirik tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tetang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 berbunyi “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Pendidik pada era kekinian perlu melihat dan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, repot? Sangat. Maka dari itulah tugas dari pendidik memang berat.Murid tidak mungkin menguasai semua mata pelajaran yang dijarkan, akan tetapi pasti ada mata pelajaran yang diminati oleh murid.
Bukankah sesuai dengan kurikulum 2013 menghimbau bahwa guru dapat bekerjasama dalam melihat potensi dan sikap siswa untuk tertarik terhadap bidang studi tertentu. Keadaan dimana setiap guru bidang studi menuntut semua siswa untuk tertarik dan berprestasi dibidang studi yang diajarkan sudah ketinggalan zaman.
Analogi Ikan tidak dapat diajar untuk memanjat itu perlu menjadi pertimbangan untuk setiap Pendidik. Sederhananya seperti ini, jika seorang murid berpotensi mengembangkan bakatnya di Bidang Studi Biologi maka yang jadi ujung tombak pengembangan potensi yaitu Guru bidang studi biologinya.
Guru bidang studi lain bertugas bekerjasama untuk membantu pengembangan potensi murid ini tanpa meninggalkan atau bermasa bodoh dengan bidang studilainnya. Pendekatan individualis terhadap setiap siswa sangat diperlukan.
Guru dalam hal ini perlu melakukan pendekatan yang lebih persuasif kepada setiap siswa. Pendapat saya bukan tidak berdasar, silahakan di dalami pada mata kulia humum untuk calon pendidik, terdapat beberapa diantaranya Strategi Belajar Pembelajaran dan Psikologi Pendidikan.
Hal ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa pendidik memang dituntut untuk menyelami sisi psikologi peserta didik. Peserta didik atau murid berdasarkan kurikulum 2013 dituntut mengembangkan potensinya tanpa mengesampingkan sikapnya.
Sikap dalam hal ini merupakan salah satu hal yang paling dituntut oleh kurikulum ini. Pada kasus yang menimpa salah satu siswi di SMA Negeri 4 Bandung ini memperlihatkan pentingnya sikap yang harus menjadi bekal utama dari para siswa.
Alangkah baiknya apabila sembari menyiapkan diri untuk mengikuti olimpiade sains ini siswi tersebut juga lebih sering konsultasi mengenai pelajaran bidang studi lain, agar tidak terjadi kesalah pahaman hingga berujung pada arogansi oleh guru bidang studi lain tersebut.
Pihak sekolah sebaiknya dapat menjadi jawaban atas permasalahan tersebut, dalam halini pemberian nilai 0 (nol) sebenarnya bukan langkah yang bijak. Masih banyak cara-cara lain yang lebih mendidik, seperti pemberian kesempatan untuk pengumpulan tugas susulan, ulangan susulan, yang bisa dijadikan sebagai pengayaan untuk murid yang bersangkutan.
Saya rasasekolah perlu kembali ke Marwahnya sebagai wadah pembentukan karakter unggul bukannya wadah untuk menghukum para murid dengan segala tendensi. Lebih jauh kita berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Murid-murid dituntut untuk terus berkembang, pendidiknya pun perlu untuk mengembangkan diri, manajemen Sekolah pun perlu berkembang.
PENULIS : HEZRON ALHIM DOS SANTOS
Mahasiswa Pascasarjana UNM Makassar
EDITOR : RISWAN
COPYRIGHT © BONEPOS 2016
Demikianlah Artikel OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade
Sekianlah artikel OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/09/opini-nilai-nol-0-untuk-siswa-juara.html
0 Response to "OPINI: Nilai Nol "0" untuk Siswa Juara Olimpiade"
Posting Komentar