OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)

OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3) - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Bone, Artikel Daerah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Ragam, Artikel Terbaru, Artikel Update, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)
link : OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)

Baca juga


OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)

OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)
Awaluddin
PaddissengengE Silallo Tessirapi

Setelah menulis yang katanya “tulisan berat” di beberapa tulisan terakhir, maka saya memutuskan untuk meringankan tulisan saya lagi, mengingat “tulisan ringan” ini sudah terpetakan dengan beberapa urutan dan sudah ada teman-teman yang menanti. Bukan tanpa alasan, termasuk istri saya pun mengomentari tulisan-tulisan “berat dan ringan” saya. Dari hitungan 100, perkiraan yang senang dengan “tulisan ringan” dan mengena (bisa buat baper) sekitar 85 dan yang berat hanya 15 (survei ringan).

Identifikasi Bone Insha Allah akan lebih cerah, merujuk bahwa sudah banyak yang ingin terlibat membangun bone, tidak hanya menyerahkan semua urusannya ke pemerintah apalagi hanya mengertitiknya, tetapi ikut membangun dengan memompa semangat dirinya sendiri dan tidak menjadi beban daerah, keluarga maupun dirinya. “Tulisan berat” lainnya akan saya opinikan lagi bila memang ada kondisi kekinian yang singkron dengan kajian disiplin keilmuan saya.

“PaddissengengE Silallo Tessirapi” adalah bahasa bugis yang artinya kira-kira seperti ini “ilmu pengetahuan saling mendahului (kadang didahului dan bisa jadi mendahului)”. PaddissengengE Silallo Tessirapimerupakan kajian keilmuan dan simpulan sederhana dengan makna yang sangat mendalam oleh tetuah Bugis yang selalu diulang-ulangkan kepada kami olehnya.

Dalam tataran ilmiah kajian ini dibahas mendalam dan merupakan kajian utama dalam dunia akademisi yakni filsafat. Dimana dalam kajian ini dijelaskan tentang ontologi, epistimologi dan aksiologi, selain itu juga didalami tentang apa, bagaimana dan untuk apa ilmu itu. Juga apa,bagaimana dan untuk apa pengetahuan itu, serta apa, bagaimana dan untuk apa ilmu pengetahuan itu.

Secara sederhana didefenisiskan bahwa ontologi itu merupakan ilmu tentang realiatas,sederhananya mengetahui tentang apa atau sesuatu yang ada (kemengapaan). Epistimologi tentang bagaimana hal-hal yang ada itu bisa ada, baik benda maupun bukan (kebagaimanaan). Aksiologi adalah kajian tentang nilai-nilai sesuatu (kemanfaatan).

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"(Wahid, Ramli Abdul. 1996) yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia (Prof. Dr. C.A. van Peursen 2008). Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya(Prof. Dr. C.A. van Peursen 2008).

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu (Vardiansyah, Dani. 2008).

Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Membahas ilmu ini memang agak mumet, mendefenisikannya saja sudah mulai berputar dan berputar. Tetapi kajian ini akan terus ditemuai oleh mereka yang serius akan jenjang keilmuannya yang diarahkan ke kepakaran atau kekhususannya, mulai dari sekolah lanjutan di strata satu sampai ke yang paling wahid strata tiga akan terus bertemu dengan kajian ini.

Mengherankan kembali lagi, mengapa se “simpel” itu nenek moyang kami orang bugis menyimpulkannya. Hanya dengan kalimat “PaddissengengE Silallo Tessirapi”. Bahwasanya ilmu pengetahuan itu saling mendahului, beberapa ilmu pengetahuan kita tahu, mengerti dan pahami tetapi orang disekitar kita tidak, begitupun sebaliknya.

Orang disekitar ini, meski saudara kembar ataupun teman kelas yang dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan kita mengenyam pendidikan dengan sekolah dan guru yang sama sekalipun. Semestinya ilmunya sama karena cara mendapatkannya sama, kenyataannya tidak. Sebelumnya, saya memaknai kalimat tetuah kami ini “PaddissengengE Silallo Tessirapi” sebagai jimat untuk merantau ataupun berkompetisi.

Makna pertama adalah jangan pernah takut bersaing, berkompetisi dan apapun sejenisnya dengan siapa pun, karena “PaddissengengE Silallo Tessirapi” “ilmu pengetahuan itu saling mendahului, ada yang kita tahu mereka belum tahu”. Makna yang kedua bahwa janganlah angkuh dan sombong akan ilmu yang kita miliki karena “PaddissengengE Silallo Tessirapi, ada yang mereka tahu kita belum tahu”.

Sesederhana itu dulunya saya memaknai pesan tetuah kami tentang “PaddissengengE Silallo Tessirapi”. Setelah mencoba menggali informasi tentang ilmu ini, melalui jenjang demi jenjang disiplin keilmuan dan juga terus belajar maka saya kembali coba menghubungkan tentang beberapa teori kajian dan pepatah “PaddissengengE Silallo Tessirapi”.

Bahwa dari kalimat ini yang menggambarkan tentang kekhususan, tentang kepakaran dan tentang keahlian. Dan semua orang memiliki potensi masing-masing yang diterjemahkan dalam kurikulim 2013 untuk menemukenali lebih dini potensi itu dan mengarahkannya.

“PaddissengengE Silallo Tessirapi” adalah gambaran tentang bagaimana kita bisa pakar dan ahli dibidang kita masing-masing, seberapa besar power filsafat yang mendorongnya dan dengan membungkus metedeologi maka akan memungkinkan pengakuan akan kepakaran itu. Ilmu pengetahuan pun tidak terbatas dengan kajian akademik, mereka yang menanam di sawah, mengayuh becak dan turun ke laut juga bagian dari ilmu pengetahun itu sendiri.

Minimal kita bisa belajar tentang bagaimana mereka bisa bertahan hidup dengan keras usahanya karena punya malu yang tepat penempatannya “siri dipusiri siri de dipusiri”, tidak dengan mudah menengadahkan keatas tangannya untuk meminta, apalagi mengambil hak yang bukan haknya.

“PaddissengengE Silallo Tessirapi” menggambarkan tentang bagaimana kita tetap harus percaya diri sekecil apapun kita, semisikin dan serendah apapun derajat kita dalam tatanan sosial, karena ada kalanya kita tetap bisa bersaing dalam tatanan ilmu pengetahuan dan bahkan mampu mengubah nasib kita. “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu”, tidakkah kita percaya akan janji ini? Jangan berhenti belajar, jangan membatasi diri untuk belajar, bahkan kadang pembelajaran ampuh itu tidak satu-satunya dari bangku akademik.

Teruslah belajar bila peluangmu ada untuk menjenjangkan pendidikanmu, sekicil apapun peluang itu. Ada 24 jam yang sama yang Allah berikan ke kita, manfaatkan untuk terus belajar. Belajar yang membawa manfaat, belajar membantu sesama, belajar menjual kecil-kecil yang halal, belajar untuk tidak terus bergantung kepada orang tua, belajar untuk malu saat mengambil hak orang lain, belajar untuk terus menebar kebaikan.

Belajar untuk jadi orang yang insha Allah akan sukses. Kalaupun terjebak dalam suatu kesalahan maka belajarlah untuk tidak mengulang kembali kesalahan itu.

Teruslah belajar karena “PaddissengengE Silallo Tessirapi”.  
Jangan takut berkompetisi karena “PaddissengengE Silallo Tessirapi”
Jangan angkuh akan ilmu mu karena “PaddissengengE Silallo Tessirapi”


PENULIS : M. AWALUDDIN,. A
Kader Lamapatunru
Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik UNM

 
EDITOR : RISWAN 
COPYRIGHT © BONEPOS 2016


Demikianlah Artikel OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)

Sekianlah artikel OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3) dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/09/opini-orang-biasa-muda-beda-local_15.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "OPINI : Orang Biasa, Muda, Beda, Local Wisdom, Berkarya (Bagian Ke-3)"

Posting Komentar