OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI

OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Bone, Artikel Daerah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Ragam, Artikel Terbaru, Artikel Update, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI
link : OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI

Baca juga


OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI

OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI
Kepemimpinan dan pengaruh digital (Respon 4 November di DKI dari Timur Indonesia) Pemimpinku berdamailah dengan digital

Hiruk pikuk pemberitaan tentang kegiatan 4 November 2016 di Jakarta adalah pembahasan yang hampir semua penduduk warkop membahasnya, saya adalah orang yang berusaha keluar dari pusaran itu namun kali ini tidak terindahkan untuk juga sedikit berkomentar.

Berusaha menghindar hal itu karena saya salut dengan pola kerja Ahok selama ini, bahwa saya mencoba memonitor terus kegiatannya yang terpublikasi dan mencoba membandingkannya dengan kajian disiplin ilmu saya tentang bagaimana mengsingkronkan government,private sector dan civil society untuk membangun suatu wilayah.

Namun ada statment Ahok yang membuat heboh dan saya pun mencoba kembali menganalisanya melalui kajian-kajian yang ada. Statment yang coba diindahkan tetapi sangat prinsip untuk tatanan bernegara sekelas negara demokrasi seperti Indonesia yang katanya adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim terbanyak.

Inilah alasan untuk saya coba terus menghindar dengan isu ini, tapi bujukan teman baik saya Syarifuddin M (Arief) di Palopo membuat saya kembali melihat layar dan coba beropini.

Kerasnya arus pro dan kontra atas rencana aksi ini bahkan memaksa untuk istana melakukan diplomasi. Saya mencoba menafsirkan beberapa dari kejadian ini melalui sudut pandang keilmuan saya. Bahwa ada dua unsur yang dari sudut pandang kajian saya menarik untuk isu update ini yakni unsur kepemimpinan dan pengaruh digital.

Untuk bahasan kepemimpinan kekinian dan kajian “public administrastion” diantaranya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan tansformasional. Kepemimpinan tansformasional ini pun menjadi kajian yang cukup menggugah oleh banyak pakar adminitrasi publik dan dalam kajiannya mulai dihubungkan dengan “Innovation Reformation Administration (IRA)”.
[next]
Dalam berinovasi hampir banyak pemimpin mengusung isu transparansi dan mengawinkannya dengan digitalisasi, bahwa keberanian pemimpin berdamai dengan digitalisasi maka unsur transparasinya pun mengikut dalam pola pengelolaan wilayahnya.

Beberapa pemimpin di Indonesia diantaranya Ahok di DKI dengan Qlue dan E-Budgetingnya, Ridawan Kamil dengan E-Comanndernya dan banyak aplikasi lokal Bandung, Risma dengan E-Governmentnya, Bayuwangi, Makassar dan beberapa daerah lainnya.

Untuk mengkoneksikan kepemimpinan dan digital ini baiknya saya mencoba mengutip definisi update dari “digital” (wikipedia.org) yakni digital itu dari kata “digitus” dalam bahasa yunai adalah jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10).

Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit). Dan berkembang sampai saat ini ke telepon genggam pintar (smartphone).

Dalam perkembangannya digital ini bertransformasi dari kode morse, huruf braille, semaphore (bendera pada kegiatan pramuka), selanjutnya modem yang mengubah signal analog misalnya bunyi menjadi informasi elektronik.
[next]
Di beberapa kajian misalnya OMB (Office of Management and Budget- Excecutive of the President of the United State) tahun 2002 tentang strategi E-Government.  Hal 5, mengelompokkan tentang pola komunikasi digital pemerintahan menjadi G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business), G2G (Government to Government) dan IEE (Internal  Efficiency and Effectiveness). Dimana kominukasi digital ini bagi pemerintah dianataranya bagaimana oraganisasi Pemerintah berkomunikasi dengan masyarakat, dengan sektor swasta, dengan sesama organisasi pemerintahan dan antar anggota organisasinya.

Selanjutnya dalam kajian UNESCO berkolaborasi dengan Communication and Information (CI) in Asia tentang E-Government tahun 2006 hal 14, menampilkan tentang evolusi dari government (pemerintah) itu sendiri, mulai dari yang konvensional, elektronik government (Egov) dan Ubiquitos Government (Ugov). Dimana konvensional masih menggunakan fax dan layanannya terikat jam kerja, e-government dengan layanan 24 jam meski harus terkonseksi hanya melalui komputer dan internet dan U-governmnet dengan respon 24 jam dengan mobilitas tinggi termasuk dengan menggunakan smartphone.

Kajian ini yang menggambarkan bahwa pengaruh digital sedah sangat dekat dengan nadi para pimpinan negeri ini ke level daerah sekalipun.

Masih mendengung ditelinga dimana Ahok mengesahkan APBD nya dengan tidak  bersama dengan DPRD dan E Budgeting sebagai senjata pembelaanya. Rapat-rapat koordinasi di upload ke “youtube” sebagai bentuk respon dengan transparansi.

Aplikasi Qlue yang diminta untuk support dari RW (Rukun Warga) sebagai penilaian dan syarat pencairan dana operasionalnya, diminta mengupload permasalahan dan keluhan warga di sekitarnya dan akan di respon oleh pengelola aplikasinya.
[next]
Adalah sebuah transformasi yang baik dari sundut pandang saya, namun pepatah “senjata makan tuan” kini membayangi seorang pemimpin yang sering dikawinkan dengan istilah pemimpin transformasional dan selalu sensasional ini. Menafsirkan Almaidah 51 adalah puncaknya.

Yang memaksa yang punya Istana bolak balik bergeser dari hambalang ke  pertemuan beberapa organisasi Muslim Nasional, dan hari kamis 2 November 2016, bertemu lagi dengan para ulama. Tuan rumah hambalang pun bergeser ke markas PKS untuk itu.

Selanjutnya Tuan Rumah Cikeas juga berputar-putar dari Kantor Menpoluhukam Wiranto sampai bertemu dengan Wakil Presiden JK. Paradigma yang semakin menguat antara pemimpin masa kini dengan alat perubahannya, dimana “pemimpin dan digitalisasi” dipaksa harus akrab.

Teringat zaman, istilah “pencitraan” oleh SBY dimanfaatkan baik oleh Jokowi dengan menurunkan tim “Buzzer” nya, yakni tim yang hanya terus menjaga respon di media sosial, tranding topic dan viralnya. Buzzer yang diperhadap-hadapkan dengan buzzer pula dengan istilah “haters”. Adalah media sosial yang bisa dijadikan alat untuk memuluskan tujuan politik calon pemimpin dan pemimpin yang ada.

Saat ini kita dipertontonkan akibat murkanya media sosial di negara ini, dimana Pimpinan Negara dan mantan Pimpinan negara ini dibuat terpontang panting dengannya. Berdamai dengan digital tidak hanya akrab dengannya dan juga melakukan segala admisitratifnya dengan digital semata-mata mangingat produk ini adalah produk adopsi kita dari barat.

Bahwa perlu diingat warisan ketimuran kita dan filosofi dasar-dasar bernegara kitapun tetap terjaga. Termasuk keutuhan “Bhineka Tuggal Ika”, tentang etika ketimuran dalam berkomunikasi dengan masyarakat kita, tentang kajian kepemimpinan itu sendiri (wirawan, 2013) yang memaparkan fungsi dari pempin itu diantaranya menciptakan visi, mengembangkan budaya organisasi, menciptakan sinergi, menciptakan perubahan yang positif, memotivasi para pengikut, memberdayakan pengikut, mewakili sistem sosial, manajer konflik dan membelajarkan organisasi.

Bahwa pemimpin berdamai dengan digital bukanlah satu-satunya yang menampilkan sebuah proses transformasi, dimana meninggalkan landasan-landasan bernegara kita, dimana politik semakin menggeser posisi hukum yang ada di negara kita.
[next]
Seingat saya 2 kali digital ini menghantam ibu kota, saat taksi online dan 4 november ini.  Pemimpinku berdamailah dengan digital hingga kami tidak mendengar lagi statment “kami tidak menyangka digital ini berkembang begitu cepat”. Hingga tidak memaksa kalian berputar-putar untuk membendungnya.

Untuk aksi 4 November 2016 di DKI, titipan anak timur untuk semua yang terlibat, bahwa gunakanlah produk digital ini dengan bijak, tidak dengan manghasut ke arah perpecahan, tidak menjadikannya alat untuk mencapai tujuan tanpa mempertimbangkan kondusifnya situasi bernegara kita.

Wahai Pemimpinku dan yang dalam pusaran kekuasaan, bijaklah dalam menentukan putusan-putusan yang betul sepenuhnya untuk rakyat tidak dengan memanfatkannya demi kepentingan kalian semata. Bahwa social control selama ini yang dipertontokan mulai bergeser dengan digital yang bisa menjadi pisau bermata dua. Salam damai kami dari Timur Indonesia dari pulau Sulawesi.

M Awaluddin. A
Penulis adalah anak muda biasa dari Kabupaten Bone yang sekarang tercatat sebagai
Mahasiswa Pascasrajana program Kebijakan dan Administrasi Publik
Universitas Negeri Makassar Angkatan 2014 

Aktif memberi masukan dalam pengelolaan distribusi Telkomsel Wilayah Luwu Raya dan Toraja Utara

EDITOR : RISWAN 
COPYRIGHT © BONEPOS 2016


Demikianlah Artikel OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI

Sekianlah artikel OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/11/opini-pesan-dari-timur-untuk-4-november.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "OPINI: Pesan Dari Timur Untuk 4 November 2016 DKI"

Posting Komentar