Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun

Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Daerah, Artikel Jawa Tengah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Kudus, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun
link : Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun

Baca juga


Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun

SEPUTARKUDUS.COM, MEGAWON – Seorang lelaki tua bertelanjang dada, terlihat sedang memegang rautan bambu. Di halaman rumah dan ruang tamu miliknya, terdapat puluhan sangkar burung yang tertata rapi. Kakek tersebut bernama Wakiran (68), pembuat sangkar burung di Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus. Dia telah membuat kerajinan sangkar burung selama 42 tahun, sejak1974. 
sangkar burung desa megawon kudus
Wakiran menunjukkan kerajinan sangkar burung di Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad


Sembari membuat pola sangkar burung dengan kertas karton, Engkrak, begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan, dirinya dulu belajar dari saudara iparnya, sebelum bisa membuat sangkar burung sendiri. Menurutnya, dalam memasarkan produk, dia hanya menunggu pembeli datang. Saat sepi pembeli, anaknya berkeliling ke luar kota menggunakan pikap untuk memasarkan prduknya.

Untuk membuat sangkar burung dirinya mengaku menggunakan bahan kayu limbah. Bahan tersebut dia dapatkan dari toko mebel di Jepara. Menurutnya, kayu yang digunakan jenis kayu jati. “Biasanya ada empat pikap yang menjual keliling, satu kwintal seharga Rp 100 ribu,” ungkap Engkrak waktu ditemui di kediamannya, Desa Megawon, RT 02 RW 01 Kecamatan Jati, Kudus.

Kini, katanya, dalam sehari dia bersama empat karyawannya mampu membuat 20 sangkar burung. Saat ramai pembeli, dia mengaku bisa menjual 330 hingga 450 sangkar burung per bulan. Harga sangkar burung miliknya dijual dengan harga berbeda-beda, tergantung ukuran dan bentuknya.

“Sangkar burung ini saya jual antara Rp 60 ribu hingga Rp 140 ribu per set. Satu set berisi tiga sangkar burung yang berbeda-beda ukuran. Kalau yang saya buat berukuran 40, 35 dan 30 sentimeter, biasanya selisih lima sentimeter agar yang berukuran kecil dapat di masukkan kedalam sangkar burung yang besar,” tambahnya.

Saat ini, katanya, penjualan sangkar burung saat ini sepi pembeli karena banyak pesaing. Warga di kampungnya saat ini banyak yang terjun di usaha pembuatan sangkar. Dia mengaku generasi ketiga pembuat kerajinan sangkar burung di Desa Megawon.

“Sekarang sudah banyak di Desa Megawon yang bisa membuat kerajinan sangkar burung sendiri. Jadi sekarang banyak pesaing, tidak seperti dulu yang hanya beberapa warga yang memproduksi sangkar,” 

Engkrak, mengungkapkan, sebelum mendirikan usaha sangkar burung, dia dulu membuat batu bata dan genteng. Menurutnya, usaha yang dia geluti itu tidak berjalan baik. 

“Dari awal saya memang sudah semangat bekerja. Sebelum membuat sangkar burung, saya dulu pernah usaha produksi batu bata, genteng. Saya juga pernah bekerja di Sumatera, namun semuanya gagal,” ungkapnya.





Demikianlah Artikel Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun

Sekianlah artikel Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2016/09/mbah-engkrak-perajin-sangkar-burung.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Mbah Engkrak, Perajin Sangkar Burung Desa Megawon yang Meraut Bambu Selama 42 Tahun"

Posting Komentar