Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu

Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Daerah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Maluku, Artikel Ragam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu
link : Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu

Baca juga


Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu

Oleh: Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina 


Referensi mengenai Martha Christina Tiahahu sangat terbatas. Bukan hanya referensi dalam negeri, tetapi juga di Belanda. Keterbatasan ini tidak terlepas dari minimnya pencatatan pada masa silam. Karena bicara Martha Christina Tiahahu, berarti bicara tentang orang yang hidup sekitar dua abad silam. Rentang waktu yang sangat jauh. Tidak heran kalau foto Martha Christina Tiahahu sampai saat ini tidak pernah ada. Gambar yang kita kenal selama ini sebenarnya hanya rekaan. Gambar yang mendekati gambaran nyata justru berupa sketsa karya tentara dan pelukis Quirijn Maurits Rudolf Ver Huell, yang juag merupakan nahkoda Kapal Eversten.

Catatan QMR Ver Huell mengenai Martha Christina Tiahahu tentu lebih valid, karena mengetahui persis apa yang terjadi dengan Martha Christina Tiahahu ketika itu. Terutama, ketika berada di Kapal Eversten yang hendak membawanya ke Pulau Jawa. Martha Christina Tiahahu lahir pada 2 Januari 1800 di Abubu, Nusa Laut, Maluku.

Darah pemberani mengalir dari pasangan Kapitan Paulus Tiahahu dan Petrosina Warlauw. Ibunya adalah puteri Kapitan Warlauw dari Negeri Titawai. Kapitan Paulus Tiahahu bertempur melawan Belanda bersama Kapitan Thomas Matulessy (Pattimura) dalam perang Pattimura. Martha Christina ikut berjuang bersama pasukan ayahnya dan mencatatkan diri sebagai gadis remaja yang ikut langsung bertempur dalam Perang Pattimura pada 1817.

Dalam pertempuran itu, Martha dan ayahnya ikut tertangkap musuh. Martha Christina dilepaskan karena masih anak-anak. Namun, ayahnya harus menjalani hukum mati. Dengan usia remaja, Martha Christina mengambil peran ayahnya untuk memimpin pasukan rakyat. Komandan pasukan Belanda, Richemont tewas dalam pertempuran ini.

Komando diambil alih Meyer. Hanya saja Meyer mengalami luka dalam pertempuran, sehingga komando diambil Vermeulen Kringer. Siapa Vermeulen Kringer (1782-1865)? Dia memiliki nama lengkap Petro Ferdinandus Vermeulen Kringer. Kringer bukan tentara sembarangan. Dia merupakan veteran perang Prusia dan perang Waterloo (1815). Perang Waterloo merupakan perang terakhir Napoleon ketika menderita kekalahan dari pasukan Inggris, Belanda dan Jerman.

Setelah itu, Kringer dikirim ke Hindia Timur (Indonesia) melalui Batavia dan diterjunkan untuk memerangi perlawanan rakyat di Saparua. Kringer berhasil mematahkan perlawanan rakyat di Saparua dan sekitarnya. Pasukannya menangkap Martha Christina Tiahahu dan kawan-kawannya. Martha Christina mau dikirim sebagai budak untuk dipekerjakan di perkebunan kopi di Pulau Jawa. Martha Christina menolak menjalani hukuman dan memilih untuk melakukan mogok makan dan tidak mau bekerja sama dengan Belanda.

Dalam perjalanan ke Jawa, Martha Christina Tiahahu meninggal di Kapal Eversten di Laut Banda. Jenazahnya diturunkan di Laut Banda. Meski terluka dalam peperangan, Kringer meraih gelar sebagai “Pahlawan dari Saparua” dari Belanda. Pangkatnya juga naik dari Kapten menjadi Mayor. Di kemudian hari, Kringer merupakan komandan senapan dalam perang melawan Pangeran Diponegoro sampai dengan penangkapan Pangeran Diponegoro.

Gambaran singkat mengenai Kringer ini penting untuk membayangkan pasukan seperti apa yang dihadapi Martha Christina Tiahahu. Veteran perang, terlatih dan memiliki senjata modern. Hanya dengan keberanian luar biasa, seorang remaja belia melakukan perlawanan. Martha Christina memilih untuk tidak menyerah. Martha Christina menolak dijadikan budak.

Dia memilih mati daripada menjadi budak. Abraham Lincoln yang merupakan tokoh anti perbudakan baru berusia sekitar 8 tahun ketika Martha Christina melawan perbudakan. Martha Chritina melakukan mogok makan pada abad 19. Marion Dunlop yang juga dikenal sebagai tokoh perempuan yang melakukan mogok makan pada abad 20, yakni pada 1909 dan Mohandas Gandhi melakukan pada tahun 1920-an.

Dengan usia belia dan rentang waktu perjuangan yang sangat singkat, tetapi Martha Christina Tiahahu memberikan kita inspirasi yang tidak pernah usang dimakan zaman. Inspirasi dari segala zaman untuk selalu menentang penjajahan dan perbudakan. Martha Christina Tiahahu telah bertindak melampaui zamannya dan melampaui usianya sendiri.

Perempuan Abad 19 Tidak mengherankan kalau bank informasi Wikipedia menempatkan Martha Christina Tiahahu sebagai Women in Warfare The Military in The 19Th Century. Martha Christina Tiahahu merupakan perempuan Indonesia satu-satunya dalam timeline women in war di abad ke-19. Bahkan, ketika Martha Christina Tiahahu terjun di medan perang, dalam catatan wikipedia itu, Martha Christina merupakan satu dari dua perempuan di Asia yang terjun dalam perang.

Satunya lagi dari Vietnam. Bukan cuma semangat kepahlawanan yang diwariskan Martha Christina Tiahahu. Tetapi, di balik keberanian untuk berperang melawan kolonial, Martha Christina Tiahahu juga mewariskan nilai untuk senantiasa melindungi anak-anak dalam kondisi apapun, termasuk dalam perang.

Dit kind is mij. Die zich verstout het aan te roeren, sterft! Ik ben Christina, vorstin van Noessa Laut! (Anak ini milikku. Yang berani menyentuhnya, mati. Saya Christina, Puteri dari Noessa Laut). Kira-kira begitu gambaran tentara Belanda dan juga pelukis Q.M.R. Ver Huell dalam buku “Martha Christina” yang diterbitkan pada 2013.

Tentu, masih banyak nilai yang perlu digali dan disebarkan dari semangat kepahlawanan Martha Christina Tiahahu. Nilai-nilai itu masih tetap relevan sampai saat ini. Semangat yang telah diwariskan para pejuang terdahulu harus senantiasa mewarnai setiap perjalanan dalam memelihara martabat dan hak rakyat di Bumi Maluku.

Martha Christina dan generasi seperjuangannya telah hampir dua abad meninggal untuk memperjuangkan ketidakadilan, penindasan, perbudakan dan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Maluku.

Sekarang menjadi tantangan bagi generasi kini dan mendatang untuk tetap merespon ketidakadilan, penindasan, eksploitasi dalam berbagai bidang. Sebab, hanya dengan cara seperti itu, Maluku bisa bangkit untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan sesuai dengan kekayaan yang menjadi berkat Tuhan di Bumi Maluku. ***


*** Penulis adalah Alumni Universitas Bremen Jerman dan Direktur Archipelago Solidarity Foundation.


Demikianlah Artikel Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu

Sekianlah artikel Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2017/01/memaknai-semangat-kepahlawanan-martha.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Memaknai Semangat Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu"

Posting Komentar