Alexander Jacob Patty

Alexander Jacob Patty - Hallo sahabat KABAR KATANYA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Alexander Jacob Patty, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Daerah, Artikel Kabar, Artikel Kabar Katanya, Artikel Maluku, Artikel Ragam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Alexander Jacob Patty
link : Alexander Jacob Patty

Baca juga


Alexander Jacob Patty

Dari Noloth Untuk Indonesia 

(Bagian I)


Makam Perintis Kemerdekaan Indonesia, Alexander Jacob Patty telah dipindahkan dari Taman Pemakaman Umum (TPU) Kristen Pandu, Kota Bandung, Jawa Barat ke Taman Makan Pahlawan (TMP) Kapahaha, Kota Ambon, Maluku. Kerangka almarhum dibawa pada 22 Maret 2017 dan dimakamkan secara militer yang dipimpin Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua pada 23 Maret 2017. AJ. Patty lahir di Negeri Noloth, Saparua, Maluku pada tahun 1894 (sesuai data tahanan di Cowra, Australia) dan meninggal di Bandung pada 16 Januari 1953 (ada beberapa versi tanggal kelahiran dan wafat). Sikap pemerintah untuk memakamkan AJ Patty di TMP patut mendapat apresiasi karena didasari niat baik untuk menghormati perjuangan AJ Patty. Namun, ketika AJ Patty wafat hampir dipastikan orang yang mengetahui rekam jejak perjuangan atau bahkan rekan seperjuangan AJ. Patty berada dalam kekuasaan, sehingga tahu persis dimana AJ Patty harus dimakamkan. Penulis khawatir, pilihan tempat pemakaman AJ Patty di TPU Pandu Bandung memiliki kisahnya sendiri, sehingga perlu pendalaman akan hal ini. Kedekatan dengan rakyat boleh jadi menjadi alasan.

Oleh: Dipl.-Oekonom Engelina Pattiasina


Makam Perintis Kemerdekaan Indonesia, Alexander Jacob Patty telah dipindahkan dari Taman Pemakaman Umum (TPU) Kristen Pandu, Kota Bandung, Jawa Barat ke Taman Makan Pahlawan (TMP) Kapahaha, Kota Ambon, Maluku. Kerangka almarhum dibawa pada 22 Maret 2017 dan dimakamkan secara militer yang dipimpin Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua pada 23 Maret 2017.

AJ. Patty lahir di Negeri Noloth, Saparua, Maluku pada tahun 1894 (sesuai data tahanan di Cowra, Australia) dan meninggal di Bandung pada 16 Januari 1953 (ada beberapa versi tanggal kelahiran dan wafat).

Sikap pemerintah untuk memakamkan AJ Patty di TMP patut mendapat apresiasi karena didasari niat baik untuk menghormati perjuangan AJ Patty. Namun, ketika AJ Patty wafat hampir dipastikan orang yang mengetahui rekam jejak perjuangan atau bahkan rekan seperjuangan AJ. Patty berada dalam kekuasaan, sehingga tahu persis dimana AJ Patty harus dimakamkan. Penulis khawatir, pilihan tempat pemakaman AJ Patty di TPU Pandu Bandung memiliki kisahnya sendiri, sehingga perlu pendalaman akan hal ini. Kedekatan dengan rakyat boleh jadi menjadi alasan.

Sebelum era AJ. Patty, ada banyak tokoh-tokoh Maluku yang berjuang untuk melawan penjajahan, baik yang terlibat perang fisik maupun dalam berbagai kegiatan sosial untuk memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak Maluku. Namun, AJ. Patty menandai satu era baru ketika mendirikan organisasi politik, Sarekat Ambon, yang bergerak untuk mengkampanyekan perlawanan terhadap penjajahan. Organisasi ini bersikap progresif untuk melawan kolonial.

Anak muda AJ Patty dari Ambon menuju Surabaya untuk sekolah dokter, tapi tidak pernah diselesaikan, karena dikeluarkan akibat aktivitas politik. Di kemudian hari, AJ Patty mengambil pendidikan tata buku dan stenografi. Dari Surabaya dia berpindah ke Semarang. Pusat gerakan revolusioner. Referensi dalam Ragi Carita menyebut, AJ. Patty telah mendirikan Perhimpunan Mena Moeria pada tahun 1913.

Richard Chauvel mengungkapkan, AJ. Patty bergabung dengan Insulinde atau National Indische Partij. Insulinde merupakan organisasi kelanjutan dari Indische Partij/IP (partai politik pertama) yang didirikan tiga resangkai, EFE Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1912. Namun, Indische Partij (IP) berusia pendek, karena tiga pimpinannya diasingkan. Pengurus IP yang lain mendirikan Insulinde. Pada 1914, Insulinde memiliki media “De Goentoer” dan “De Express”. AJ. Patty juga menjadi wartawan dari media yang dimiliki Insulinde. Belakangan, pada 1919 berubah menjadi Nationale Indische Partij (NIP).  Selain aktif di Insulinde/NIP, AJ Patty juga aktif dalam Ambonsch Studienfonds.

Kemudian, pada April 1919, bersama Th. Najoan dari Manado mendirikan media Pedoman di Semarang untuk memperjuangkan kesetaraan hak dan status antara tentara KNIL dan tentara Eropa. Namun, selain sebagai wartawan, juga bekerja di perusahaan swasta, karena memahami tatabuku.

AJ Patty dan kawan-kawan mendirikan Sarekat Ambon pada 9 Mei 1920 di Semarang. Dalam kongres Ambonsch Studienfonds itu, AJ Patty melontarkan kritik agar orang Maluku terlibat dalam kegiatan politik. Dia juga mengkritik pemberian beasiswa agar merata kepada anak Maluku tanpa membedakan latar belakang.

Di bawah pimpinan AJ Patty, Sarekat Ambon berafiliasi dengan radicale concentratie yang melawan kolonialisme. Meski sejak awal, Sarekat Ambon didirikan untuk memajukan kemakmuran dan kesejahteraan Maluku. Kegiatan politik Sarekat Ambon mendapat pengawasan dari pemerintahan kolonial. AJ Patty bercita-cita, Hindia Belanda suatu ketika harus berdiri sendiri, merdeka. Termasuk kemungkinan kerjasama dengan wilayah yang dikuasai Belanda, yakni Suriname dan Curacao (Antillen). Sikap AJ Patty yang dianggap radikal ini menimbulkan perbedaan sikap dalam Sarekat Ambon.

Untuk menyebarkan gagasan yang diperjuangkan, Sarekat Ambon mendirikan Surat Kabar Mena Moeria. Selain itu, Sarekat Ambon juga memiliki Ina Tuni yang menjadi wadah pergerakan perempuan. Kombinasi gerakan Sarekat Ambon dan media menjadikan AJ. Patty menjadi tokoh yang berbahaya di mata Belanda. Apa yang dilakukan AJ. Patty pada masanya, juga tidak beda dengan apa yang dilakukan Ir. Soekarno yang mendirikan partai politik pada tahun 1927 dan menyebarkan perlawanan melalui media yang diasuhnya, Fikiran Ra’jat.

Dari berbagai referensi yang ada, AJ Patty pernah menjadi wartawan untuk media yang berbahasa Belanda, seperti De Expres; De Beweging; De Indische Courant West-Java editie; De Indiër. Kemudian, ada juga media yang berbahasa Melayu seperti, Pedoman Soeara Anak Militair Marine dan Gewapende Politie; Persatoean Hindia; De Neratja; Pewarta, Majalah Sarekat Ambon “Sait” (Sarekat Ambon Ina Tuni).

Pada April 1923, AJ Patty meninggalkan Jawa untuk kembali ke Ambon untuk melakukan propaganda yang melawan penjajahan, termasuk memperluas pengaruh Sarekat Ambon. Aktivitas AJ Patty ini menimbulkan ketidaksukaan dari kalangan raja, guru dan elit di Ambon. Bahkan, ketika AJ Patty masih dalam perjalanan menuju ke Ambon, sudah ada reaksi dari organisasi di Ambon yang menganggap keberadaan Sarekat Ambon tidak penting.

Namun, ketika tiba di Ambon AJ Patty tetap menyebarkan gagasan ke basis rakyat. Misalnya dalam peristiwa pada Kamis, 14 Juli 1923, AJ Patty berbicara untuk memberikan kesadaran kepada pekerja pelabuhan di Ambon.

Kisah cukup menarik ada dalam Mena Moeria pada masa itu yang dikutip kembali Hans Straver, ketika AJ Patty bercakap dengan A.E. Kayadoe di sebuah rumah makan sambil mendengarkan musik di Geuzenstraat Ambon. Ketika itu Kayadoe menjabat Kepala Burgerschool (sekolah dasar) Ambon. Kepada rekannya itu, AJ Patty melontarkan kritikan keras terkait gaya kepemimpinan elit di Ambon yang tidak berpihak kepada rakyat.

Bagi AJ Patty, kepemimpinan itu harus melindungi kepentingan rakyat kecil. Kayadoe merespon kalau hal seperti itu tidak mungkin, karena para raja telah mendapat bintang di dada karena telah berjasa kepada Belanda. Bahkan, Kayadoe mendapat informasi kalau raja akan semakin diperkuat. Untuk itu, AJ. Patty memandang perlu untuk memperkuat Sarekat Ambon untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat kecil.

AJ Patty juga menyampaikan kepada Kayadoe bahwa dia ingin ke Pelau, Haruku untuk membuka cabang Sarekat Ambon. Kayadoe menyarankan untuk menjalin kerjasama dengan keluarga Tuasikal, Angkotasan dan Latupono. Keesokan harinya pada Jumat (15 Juli 1923), AJ. Patty berangkat ke Pelau dan pada Senin (18 Juli 1923), AJ Patty menemuai Raja Pelau dan Dewan Adat untuk menyampaikan kalau pada Rabu (20 Juli 1923), dirinya akan melakukan pertemuan umum di Pelau, sekaligus mendirikan Sarekat Ambon di Haruku.

Hanya saja, pada Selasa (19 Juli 1923), tiba-tiba Asisten Residen Ambon Schmit dan Kontroler Jansen datang ke Pelau untuk menyampaikan surat larangan melakukan pertemuan dengan rakyat dan meminta AJ. Patty segera keluar dari Haruku. Tentu, pertemuan itu batal karena AJ. Patty terpaksa harus pulang ke Ambon.

Semangat perlawanan AJ. Patty sepertinya tidak mengenal tempat, waktu dan media. Dia tidak pernah berhenti memberikan kesadaran dalam menyikapi zaman. Tentu, hal yang tidak mudah karena akan mengganggu kenyamanan banyak elit, tetapi tidak bagi rakyat. AJ. Patty dibenci penguasa tetapi tidak dengan rakyat kecil.(bersambung)

Penulis adalah Direktur Archipelago Solidarity Foundation dan Pendiri/Pendiri dam Pemimpin Umum Majalah Laras


Demikianlah Artikel Alexander Jacob Patty

Sekianlah artikel Alexander Jacob Patty kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Alexander Jacob Patty dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2017/04/alexander-jacob-patty.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Alexander Jacob Patty"

Posting Komentar