Judul : Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra
link : Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra
Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra
Langgur, Malukupost.com - Perayaan wafatnya Isa Almasih atau yang lebih dikenal dalam Gereja Katolik Roma yakni Perayaan Jumat Agung yang hari ini dirayakan di seluruh dunia oleh umat Katolik Roma.Tidak terkecuali dengan umat Katolik pada Keuskupan Amboina yang dalam hal ini adalah umat pada Paroki St. Ludovikus Faan, juga memperingati perayaan Jumat Agung tersebut yang dilaksanakan di pelataran Gereja Bunda Hati Kudus Wearlilir.
Perayaan Jumat Agung tersebut diawali dengan pementasan drama Jalan Salib Hidup oleh Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Bunda Hati Kudus Wearlilir, dan Penciuman Salib oleh seluruh umat Paroki yang hadir.
Berdasarkan pantauan media ini di Ohoi (Desa) Wearlilir, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), Jumat (14/4), ratusan umat Paroki yang berasal dari 3 stasi yakni stasi Faan, Wearlilir dan Sathean yang menghadiri perayaan tersebut tak dapat membendung tangisan ketika menyaksikan tiap-tiap adegan penyiksaan Yesus Kristus dalam drama tersebut.
Teriakan histeris bercampur tangisan dari umat yang hadir pada saat itu menambah khusyuknya drama Jalan Salib Hidup tersebut, bahkan tidak sedikit orang yang tak kuasa menyaksikan adegan drama tersebut sehingga memilih menutup mata hingga pementasan drama tersebut selesai.
3 Pastor Hadiri Perayaan Jumat Agung
Perayaan Jumat Agung Paroki St. Ludovikus Faan tersebut dihadiri oleh 3 orang Pastor, yakni Pastor John Lefteuw MSC, Pastor Anselmus Jamlean MSC dan Pastor Jan Oratmangun Pr.
Pastor John Lefteuw MSC dalam khotbahnya mengatakan drama jalan salib tersebut bukanlah suatu tontonan atau sandiwara saja melainkan sebuah kenyataan dari Allah bagi umat manusia.
“Orang-orang yang berpakaian Romawi dalam drama tersebut itu adalah melambangkan kita juga, dan ini bukanlah sebuah tontonan atau sandiwara namun ini adalah kenyataan dari Allah untuk kita umat manusia,” katanya.
Menurut Pastor Lefteuw, sekarang banyak orang-orang Kei yang sudah mulai menjauh dari Tuhan, berbeda dengan apa yang sudah dilakukan para leluhur-leluhur dan orang tua-tua, dimana Tuhan itu begitu dekat, namun sekarang ini Tuhan itu tidak dianggap penting lagi.
“Syukur karena pada hari ini orang-orang muda kita dapat menyampaikannya dalam kegiatan drama ini sebagai suatu kegiatan rohani,” imbuhnya.
Pastor Lefteuw katakan, Misionaris Hati Kudus Yesus yang menitikkan air mata saat drama berlangsung,berharap agar dari peristiwa jalan salib ini agar semua lebih dekat Tuhan secara utuh.
“Drama ini mengajak kita untuk lebih mengenal Tuhan, bahwa Tuhan itu adalah segala-galanya untuk kita manusia, dan ketika kita sudah mengenal Tuhan itu secara baik, maka percayalah kepada Dia,” tandasnya.
Pastor Lefteuw menambahkan, hari Jumat Agung bagi umat Katolik adalah hari dimana Tuhan menderita, dan hari dimana ujian bagi iman kita, apakah kita percaya kepada Tuhan atau tidak.
“Percaya yang dimaksud artinya adalah kita betul-betul mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang kuasa dalam hidup kita,” ungkapnya.
Pastor Lefteuw berharap agar setelah perayaan Jumat Agung ini, semua orang bertekad kepada Tuhan bahwa cukuplah Tuhan yang menderita, jangan lagi ada orang yang memberikan penderitaan kepada sesama.
“Penderitaan Kristus mengubah derita kita menjadi berkat dan bagian dalam kehidupan kita,” pungkasnya. (MP-15)
Demikianlah Artikel Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra
Sekianlah artikel Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra dengan alamat link https://kabarkatanya.blogspot.com/2017/04/tangisan-warnai-perayaan-jumat-agung-di.html
0 Response to "Tangisan Warnai Perayaan Jumat Agung Di Malra"
Posting Komentar